21/11/2011

Bahtera

Belom genap tiga bulan jadi mahasiswa, susahnya hidup menjadi orang dewasa mulai kerasa. Apalagi hidup sendiri di tanah rantau yang ngga pernah terbayang sebelumnya, Lampung. Panjang ceritanya kenapa gue bisa kuliah di sini, yang jelas ini semua rangkaian jalan yang Allah lukis untuk gue.

Dulu sempat berpikir, merantau itu enak, jadi dewasa itu nikmat. Tapi setelah dijalani, sulit. Di area baru, gue dipaksa adaptasi sendiri, bertahan melawan kompetisi. Bukan, bukan kompetisi dengan kawan baru, tapi dengan ego dalam diri.

Awalnya gue berpikir semua salah mereka, mereka yang ngga memahami gue, ngga memaklumi gue. Namun, setelah jauh menelaah, gue lah yang egois. Pikiran gue yang selama ini menutup hati, menghalangi langkah gue meraih hadiah Allah.

Sekarang gue tau, hidup bukan cuma soal hasil, tapi proses dan daya upaya untuk sebuah pencapaian. Siapa yang tau kalo gue bakal lebih sukses jadi petani daripada dokter? No one. Itu tergantung gue, gimana gue memilih akhir upaya dan doa gue. Tetap berlarut dalam kekalahan atau mengindahkan rencana Allah.

Gue harap gue belom terlambat memahami ini. Memahami bahwa tak hanya dunia yang harus kita lawan, tapi juga penyakit batin yang bergejolak.

Semoga kesadaran gue ini cukup untuk membangkitkan semangat gue untuk meraih impian gue. Gue tau sulit, ini masih awal. Tapi bukankah itu kunci menjelajah hidup ini? Secercah semangat.